Senin, 21 Desember 2009

Visi Kepemimpinan Kaum Muda Kampar

Kampar membutuhkan pemimpin dari kaum muda yang mampu merepresentasikan wajah baru kepemimpinan Negri ini . Ini bukan tanpa alasan, karena kaum muda dapat dipastikan hanya memiliki masa depan dan nyaris tidak memiliki masa lalu. Dan ini sesuai dengan kebutuhan Kampar kini dan ke depannya yang perlu mulai belajar melihat ke depan, dan tidak lagi berasyik-masyuk dengan tabiat yang suka melihat ke belakang. Kita harus segera maju ke kedepan dan bukan berjalan ke masa lalu. Dan secara filosofisnya, masa depan itu adalah milik kaum muda.
Ya, pemuda memang hanya memiliki masa depan. Mereka lebih steril dari berbagai penyimpangan orde yang telah lalu. Mereka tidak memiliki dendam masa lalu dengan lawan politiknya. Mereka tidak memiliki kekelaman masa lalu. Mereka juga tidak memiliki trauma masa lalu yang sangat mungkin akan membayang-bayangi jika nanti ditakdirkan memimpin. Lebih dari itu, kaum muda paling memiliki masa depan yang bisa mereka tatap dengan ketajaman dan kecemerlangan visi serta memperjuangkannya dengan keberanian dan energi yang lebih baru.
Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada umurnya.
Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
ketika kita berbicara kepemimpinan berarti kita berbicara masalah prilaku, gaya atau cara. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka ada 3 ciri pokok dari kepemimpinan, yaitu kecerdasan emosional, KECERDASAN INTELEKTUAL , dan SPRITUAL . Tiga hal inilah yang akan kita bahas dalam kaitannya antara kepemimpinan kaum muda dan tua. Pertama, kecerdasan Emosional adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Hal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. (Dalam hal ini erat kaitannya dengan pengalaman pengabdiannya sebagai pemimpin)
Kedua, Kecerdasan Intelektual , yang berarti memiliki kecerdasan yang tinggi. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan menafsirkan, menganalisis dan bahkan mempunyai insting yang kuat dalam menghadapi suatu keadaan. Hal ini penting ketika akan mengambil suatu keputusan atau kebijakan, pemimpin harus mengambil suatu resiko. (Yang hal ini harus diimbangi dengan keharusan lepasnya sang pemimpin dari "cacat" yang diakibatkan oleh pergumulannya dalam lingkaran pemerintahan)
SPRITUAL . Hal ini tentunya sangat penting ketika seorang pemimpin menghadapi masalah. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang sanggup mengendalikan emosinya, dan bukan dia yang dikendalikan oleh emosi.

Dari ciri tersebut, jika dilihat secara biasanya kita berpikir, Kaum tua lebih mendominasi ketiganya meskipun tidak semua. Seakan-akan mengambil keputusan, Kaum tua lebih banyak berpikir berdasarkan experience/ pengalamannya, sehingga kemungkinan resiko kegagalan sedikit banyaknya dapat diminimalisir. Pada orang kebanyakan Kaum tua juga dianggap memiliki persepsi sosial dan stabilitas emosional yang cukup baik, mungkin karena faktor kedewasaan, pengalaman dan kematangan pemikiran.

Author: Mitiar Hamid Kampai
fb_id=1831215141